RDBMS dalam GIS, Model Basis Data Hybrid, Model Data terintegrasi
RDBMS (Relational Data Base Management System ) adalah sebuah sistem manajemen basis data relasional atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai relational database management system (RDBMS)
adalah sebuah program komputer (atau secara lebih tipikal adalah
seperangkat program komputer) yang didisain untuk mengatur/memanajemen
sebuah basisdata sebagai sekumpulan data yang disimpan secara
terstruktur, dan melakukan operasi-operasi atas data atas permintaan
penggunanya.
Contoh
penggunaan DBMS ada banyak sekali dan dalam berbagai bidang kerja,
misalnya akuntansi, manajemen sumber daya manusia, dan lain sebagainya.
Meskipun pada awalnya DBMS hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan
berskala besar yang memiliki perangkat komputer yang sesuai dengan
spesifikasi standar yang dibutuhkan (pada saat itu standar yang diminta
dapat dikatakan sangat tinggi) untuk mendukung jumlah data yang besar,
saat ini implementasinya sudah sangat banyak dan adaptatif dengan
kebutuhan spesifikasi data yang rasional sehinggal dapat dimiliki dan
diimplementasikan oleh segala kalangan sebagai bagian dari investasi
perusahaan.
RDBMS dalam GIS
Relational Database Management System (RDBMS) adalah program yang melayani sistem basis data yang entitas utamanya terdiri dari tabel-tabel yang mempunyai relasi dari satu tabel ke tabel yang lain.
Keuntungan yang didapatkan :
Relational Database Management System (RDBMS) adalah program yang melayani sistem basis data yang entitas utamanya terdiri dari tabel-tabel yang mempunyai relasi dari satu tabel ke tabel yang lain.
Keuntungan yang didapatkan :
1. Tidak perlu pusing lagi dengan history penyimpanan data yang tersebar per layer
2. Performance
GIS dalam melakukan editing, analisi ataupun query sangat cepat. Hal
ini disebabkan karena eksekusi suatu perintah cenderung terkait hanya
dengan satu baris pada tabel yang bersangkutan.
3. Multiuser.
Model Basis Data Hybrid
Model
basis data menyatakan hubungan antar rekaman yang tersimpan dalam basis
data. Beberapa literatur menggunakan istilah struktur data logis untuk
menyatakan keadaan ini. Model dasar yang paling umum yaitu :
1. Model Hirarki
Model
hirarki biasa disebut model pohon, karena menyerupai pohon yang
dibalik. Model ini menggunakan pola hubungan orang tua & anak.
Setiap simpul (biasa sinyatakan dengan lingkaran atau kotak) menyatakan
sekumpulan medan. Simpul yang terhubung ke simpul pada level di bawahnya
disebut orang tua.Setiap orang tua bisa memiliki satu hubungan (1 : 1)
atau beberapa anak (1 : M), tetapi setiap anak hanya memiliki satu orang
tua. Simpul-simpul yang dibawahi oleh simpul orang tua disebut anak.
Simpul orang tua yang tidak memiliki orang tua disebut akar. Simpul yang
tidak memiliki anak disebut daun. Adapun hubungan antara anak dan orang
tua disebut cabang. Beriktu memperlihatkan contoh model hirarki, yang
terdiri atas 4 level dan 13 simpul.Pada contoh diatas, A berkedudukan
sebagai akar, dan berkedudukan sebagai orang tua dari simpul B, C, D,
dan E. Keempat simpul yang disebutkan belakangan ini disebut sebagai
anak simpaul A. C juga dapat berkedudukan sebagai orang tua , yaitu
orang tua F dan G. Adapun simpul F, G, H, I, J, L, dan M disebut sebagai
daun.Contoh produk DBMS yang menggunakan model hirarki adalah IMS
(Information Management System) , yang dikembangkan oleh dua perusahaan
IBM dan Rockwell International Corporation.
2. Model Basis Data Relasional Dan Sig
Perbedaan
penekanan para perancang sistem SIG pada pendekatan basis data untuk
penyimpanan koordinatkoordinat peta dijital telah memicu pengembangan
dua pendekatan yang berbeda dalam mengimplementasikan basis data
relasional di dalam SIG. Pengimplementasian basis data relasional ini didasarkan pada model data hybrid atau terintegrasi.
3. Model Data Hybrid
Nah
ini merupak inti dari pembahasan kita, jadi langkah awal pada
pendekatan ini adalah pemahaman adanya dugaan atau pendapat bahwa
mekanisme penyimpanan data yang optimal untuk informasi lokasi (spasial)
di satu sisi, tetapi di dsisi yang lain, tidak optimal untuk informasi
atribut (tematik). Berdasarkan hal ini, data kartografi digital disimpan
di dalam sekumpulan files sistem operasi direct access untuk
meningkatkan kecepatan input-output, sementara data atributnya disimpan
did alam DBMS relasioanl lomersial yang standar.
Maka
perangkat lunak SIG bertugas mengelola hubungan (linkage) anatar files
kartografi (lokasi) dan DBMS (data atribut) selama operas-operasi
pemrosesan peta yang berbeda (misalnya overlay) berlangsung. Sementara
digunakan beberapa pendekatan yang berbeda untuk penyimpanan data
kartografi, mekanisme untuk menghubungkan dengan basis datanya tetap
sama secara esensial, berdasarkan nomor pengenal (ID) yang unik yang
disimpan di dalam sebuah tabel atribut basis data yang memungkinkannya
tetap terkait dengan elemen-elemen peta yang bersangkutan.
4. Model Data Terintegrasi
Pendekatan modael data terintegrasi juga dideskripsikan sebagai pendekatan sistem pengelolaan basis data
(DBMS) spasial, dengan SIG yang bertindak sebagai query processor.
Kebanyakan implementasinya pada saat ini adalah bentuk topologi vektor
dengan tabel-tabel relasional yang menyimpan data-data koordinat peta
(titik, nodes, segmen garis, dl.) bersama dengan tabel lain yang berisi
informasi topologi. Data-data atribut disimpan di dalam tabel-tabel yang
sama sebagai basis data map feature (tabel internal atau abel yang
dibuat secara otomatis) atau disimpan di dalam tabel-tabel yang terpisah
dan dapat diakses melalui operasi relasional “JOIN”.
Model Data Terintegrasi
Model data terintegrasi
1. Perancagannya didasarkan pada boycecodd
2. SIG bertindak sebagai query processor
3. Pasangan – pasangan koordinat (x,y) verteks pada segmen garis disimpat pada rows yang berbeda
4. Titik, segmen garis, dan model data lain disimpan dengan table yang berisi data topologi
5. Diakses dengan konsep join table.
Pada
proses penyimpanan data tradisional, tiap area fungsional organisasi
cenderung mengembangkan aplikasi secara masing-masing untuk
mengakomodasi proses organisasi dalam wilayah fungsionalnya. Pendekatan
tradisional ini dapat memicu terjadinya redudansi data, yaitu ketika
divisi yang berbeda menyimpan informasi yang sama. Sebagai contoh, pada
divisi pinjaman komersial sebuah bank, bagian marketing dan kredit
mungkin akan mengkoleksi informasi tentang customer yang sama.
Teknologi database dapat menyelesaikan sebagian permasalahan pada pendekatan tradisional. Suatu definisi yang lebih tepat untuk database adalah sekumpulan data yang dikelola untuk melayani beberapa aplikasi secara efisien dengan sentralisasi data dan meminimalisasi redudansi data [5].
Namun, dengan pendekatan database management system, bukan berarti permasalahan pengolahan data selesai. Manish Srivatava (2003) mengemukakan bahwa aplikasi dalam organisasi kebanyakan dikembangkan dalam suatu batasan departemen organisasi [6]. Organisasi yang telah terlanjur memiliki banyak aplikasi seringkali terjebak dalam spaghetti application, di mana antar aplikasi memiliki kesamaan data dan fungsi layanan. Aplikasi-aplikasi yang telah lama dikembangkan dan digunakan oleh organisasi untuk menangani aktifitas dan proses organisasi biasa disebut legacy system.
Untuk menangani legacy system yang mungkin memiliki kesamaan data dan fungsi layanan, kata kunci yang seringkali digunakan adalah integrasi. William Tse menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 3 model dalam integrasi aplikasi [8], yaitu:
Integrasi Presentasi, yaitu suatu user interface yang menyediakan akses pada suatu aplikasi. Adapun model integrasi presentasi ini dapat dilihat pada Gambar-1.Keuntungan dari model integrasi presentasi adalah resiko dan biaya rendah, teknologi yang tersedia relatif stabil, mudah untuk dilakukan, cepat untuk diimplementasikan, tidak perlu merubah data sumber. Sedangkan kelemahan ada pada performan, persepsi, dan tidak adanya interkoneksi antara aplikasi dan data.
Teknologi database dapat menyelesaikan sebagian permasalahan pada pendekatan tradisional. Suatu definisi yang lebih tepat untuk database adalah sekumpulan data yang dikelola untuk melayani beberapa aplikasi secara efisien dengan sentralisasi data dan meminimalisasi redudansi data [5].
Namun, dengan pendekatan database management system, bukan berarti permasalahan pengolahan data selesai. Manish Srivatava (2003) mengemukakan bahwa aplikasi dalam organisasi kebanyakan dikembangkan dalam suatu batasan departemen organisasi [6]. Organisasi yang telah terlanjur memiliki banyak aplikasi seringkali terjebak dalam spaghetti application, di mana antar aplikasi memiliki kesamaan data dan fungsi layanan. Aplikasi-aplikasi yang telah lama dikembangkan dan digunakan oleh organisasi untuk menangani aktifitas dan proses organisasi biasa disebut legacy system.
Untuk menangani legacy system yang mungkin memiliki kesamaan data dan fungsi layanan, kata kunci yang seringkali digunakan adalah integrasi. William Tse menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 3 model dalam integrasi aplikasi [8], yaitu:
Integrasi Presentasi, yaitu suatu user interface yang menyediakan akses pada suatu aplikasi. Adapun model integrasi presentasi ini dapat dilihat pada Gambar-1.Keuntungan dari model integrasi presentasi adalah resiko dan biaya rendah, teknologi yang tersedia relatif stabil, mudah untuk dilakukan, cepat untuk diimplementasikan, tidak perlu merubah data sumber. Sedangkan kelemahan ada pada performan, persepsi, dan tidak adanya interkoneksi antara aplikasi dan data.
Gambar 1
Integrasi
Data, yaitu model integrasi data yang dilakukan langsung pada database
atau struktur data dari aplikasi dengan mengabaikan presentasi dan
business logic ketika membuat integrasi. Model integrasi data dapat
dilihat pada Gambar-2.
Gambar 2
Keunggulan
dari model integrasi data ada pada fleksibilitas yang lebih baik dari
model presentasi dan memungkinkan data digunakan oleh aplikasi lain.
Namun jika ada perubahan model data, maka integrasi tidak berfungsi lagi
Integrasi
Fungsional, melakukan integrasi pada level business logic dengan
memanfaatkan distributed processing middleware. Model integrasi
fungsional dapat dilihat pada Gambar-3.
Gambar 3
Keunggulan
dari integrasi fungsional ada pada kemampuan integrasi yang kuat di
antara model integrasi yang lain. Selain itu, model integrasi fungsional
menggunakan true code reuse infrastructure untuk beberapa aplikasi pada
enterprise.