Dengan
demikian kelompok hitam tidak berkesan sekedar menghakimi tetapi juga
menyodorkan solusi. Sedangkan yang terkumpul dalam kelompok Putih memaparkan
hal-hal positif tentang Bogor, misalnya keunggulan yang dimiliki kota hujan ini
dalam bidang pariwisata, kuliner dan lain-lain. Sama seperti Kelompok Hitam
para penulis di kelompok ini juga memberikan masukan bagaimana hal yang sudah
baik ini bisa lebih ditingkatkan lagi.
Hitam Putih
Bogor adalah ungkapan cinta. Hanya bukan segala puji dan sanjungan, tetapi juga
kritikan. Seperti itulah bentuk sayang. Bukan hanya yang baik yang dipedulikan,
pun yang buruk. Dengan demikian, yang tidak baik bisa dikenali untuk kemudian
dibenahi dan diperbaiki.
Saya pun
ikut menyumbang 1 tulisan dari 10 tulisan kelompok putih. Tulisan saya berkisah
tentang alasan saya mengapa betah tinggal di Bogor.
“Inilah Alasan Mengapa Aku Betah Tinggal di Bogor”
Sudah lebih dari 10 tahun aku tinggal di Kota Bogor. Dan sampai
detik ini aku betah dan memutuskan untuk tinggal di kota sejuk ini selamanya.
Apa sih yang membuat betah tinggal di Bogor?
Pertama adalah kota ini sejuk. Walaupun belakangan kadang panas
akibat global warning, namun dalam seminggu selalu saja ada hujan yang turun.
Jika dibandingkan dengan Jakarta, Depok, Tangerang atau Bekasi, kota ini jauh
lebih dingin. Jadi didalam rumah tidak perlu menggunakan AC, cukup menggunakan
ventilasi yang baik dan kita ikut dalam program hemat energi dan mencegah
climate change.
Alasan kedua kota Bogor dekat dengan Jakarta. Hanya dalam waktu 1
jam kita bisa sampai di Jakarta baik lewat tol Jagorawi ataupun menggunakan
kereta listrik. Walau kadang macet atau kereta mengalami gangguan namun masih
dalam batas kewajaran. Ya walaupun aku kerja di Jakarta, aku bersama dengan
para komuter lainnya tetap keukeuh ingin tinggal di Bogor yang nyaman.
Selain itu Kota Bogor juga merupakan kota yang lengkap, walaupun
termasuk kota sedang, namun segala fasilitas kota ada disini, mulai dari mall
hingga tempat rekreasi yang lengkap ada disini. Jadi tidak perlu pergi
jauh-jauh ke Jakarta.
Lalu, ini yang paling aku suka. Kota ini memiliki kepedulian yang
tinggi terhadap peninggalan sejarah. Heritage kota Bogor banyak ditemui di kota
ini diantaranya Istana Bogor dan Kebun Raya, Kantor Walikota, Hotel Salak,
Stasiun Kereta Bogor, Musium Zoologi, dan masih banyak yang lainnya semuanya
peninggalan Belanda yang hingga saat ini kondisinya masih baik dan dirawat
serta dijadikan cagar budaya.
Dan terakhir aku suka dengan warga kota Bogor yang ramah. Mulai
dari penduduk asli sampai pendatang semuanya ramah. Kota ini sangat terbuka
untuk pendatang, tidak ada yang dibedakan antara pribumi dan pendatang. Insya
Allah aku akan tinggal di Bogor untuk selamanya.
I Love Bogor
Sederhana saja alasan saya mengapa bisa betah tinggal di Bogor.
Ingin tahu tulisan ke-19 blogger lainnya? Silahkan pesan melalui twitter
@BloggerBogor.
Oya buku ini
juga mendapat testimoni dari beberapa endorser, berikut petikannya :
Saya sangat berharap hal yang sama dapat ditangkap oleh para
pembaca ketika menikmati lembar demi lembar buku Hitam Putih Bogor. Dengan demikian
rasa cinta dan memiliki yang dirasakan oleh para blogger Kota Bogor akan
menular kepada para pembaca.
(Diani Budiarto, Walikota Bogor)
(Diani Budiarto, Walikota Bogor)
Buku ini menegaskan kembali betapa pentingnya antisipasi yang
perlu dilakukan Pemda Kota Bogor terhadap isu yang ada. Kalau belum direspons
oleh Pemda sebaiknya komunitas Blogor bisa memberikan saran-saran nyata apa
saja bagi kelestarian lingkungan Kota Bogor.
(Profesor Syafri Mangkuprawira, Pembina Blogor)
(Profesor Syafri Mangkuprawira, Pembina Blogor)
Bogor selalu menyajikan ketenangan yang mungkin susah saya temukan
di kota lain. Bogor adalah pilihan jitu untuk menidurkan resah, kabut dan
hujan. Selalu ada yang disembunyikan oleh kabut. Seperti hujan yang juga rajin
menyembunyikan kenangan. Ya, selalu ada harapan. Mengurai benang, sebasah atau
sekusut apapun, pasti ada jalan. Rasanya saya ingin kembali pada petuah karuhun
ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala salangkah. Agar bisa maju setapak,
kita harus punya pengalaman selangkah. Mari menikmati Hitam Putih Bogor.
(Khrisna Pabhicara, Novelis Trilogi Sepatu Dahlan)
(Khrisna Pabhicara, Novelis Trilogi Sepatu Dahlan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar