Rabu, April 10, 2013

Hitam Putih Bogor Lewat Sebuah Buku

Hitam Putih Bogor merupakan kumpulan kisah dari 20 blogger Bogor yang tertuang di blog komunitas. Tulisan ini dibagi menjadi dua kelompok, Hitam dan Putih. Kelompok Hitam berkisah hal-hal yang membutuhkan perbaikan, katakanlah segala hal negatif tentang Bogor. Selain menyajikan tulisan negatif, usulan perbaikan juga diberikan.


Dengan demikian kelompok hitam tidak berkesan sekedar menghakimi tetapi juga menyodorkan solusi. Sedangkan yang terkumpul dalam kelompok Putih memaparkan hal-hal positif tentang Bogor, misalnya keunggulan yang dimiliki kota hujan ini dalam bidang pariwisata, kuliner dan lain-lain. Sama seperti Kelompok Hitam para penulis di kelompok ini juga memberikan masukan bagaimana hal yang sudah baik ini bisa lebih ditingkatkan lagi.
Hitam Putih Bogor adalah ungkapan cinta. Hanya bukan segala puji dan sanjungan, tetapi juga kritikan. Seperti itulah bentuk sayang. Bukan hanya yang baik yang dipedulikan, pun yang buruk. Dengan demikian, yang tidak baik bisa dikenali untuk kemudian dibenahi dan diperbaiki.
Saya pun ikut menyumbang 1 tulisan dari 10 tulisan kelompok putih. Tulisan saya berkisah tentang alasan saya mengapa betah tinggal di Bogor.
“Inilah Alasan Mengapa Aku Betah Tinggal di Bogor”
Sudah lebih dari 10 tahun aku tinggal di Kota Bogor. Dan sampai detik ini aku betah dan memutuskan untuk tinggal di kota sejuk ini selamanya. Apa sih yang membuat betah tinggal di Bogor?
Pertama adalah kota ini sejuk. Walaupun belakangan kadang panas akibat global warning, namun dalam seminggu selalu saja ada hujan yang turun. Jika dibandingkan dengan Jakarta, Depok, Tangerang atau Bekasi, kota ini jauh lebih dingin. Jadi didalam rumah tidak perlu menggunakan AC, cukup menggunakan ventilasi yang baik dan kita ikut dalam program hemat energi dan mencegah climate change. 
Alasan kedua kota Bogor dekat dengan Jakarta. Hanya dalam waktu 1 jam kita bisa sampai di Jakarta baik lewat tol Jagorawi ataupun menggunakan kereta listrik. Walau kadang macet atau kereta mengalami gangguan namun masih dalam batas kewajaran. Ya walaupun aku kerja di Jakarta, aku bersama dengan para komuter lainnya tetap keukeuh ingin tinggal di Bogor yang nyaman.
Selain itu Kota Bogor juga merupakan kota yang lengkap, walaupun termasuk kota sedang, namun segala fasilitas kota ada disini, mulai dari mall hingga tempat rekreasi yang lengkap ada disini. Jadi tidak perlu pergi jauh-jauh ke Jakarta.
Lalu, ini yang paling aku suka. Kota ini memiliki kepedulian yang tinggi terhadap peninggalan sejarah. Heritage kota Bogor banyak ditemui di kota ini diantaranya Istana Bogor dan Kebun Raya, Kantor Walikota, Hotel Salak, Stasiun Kereta Bogor, Musium Zoologi, dan masih banyak yang lainnya semuanya peninggalan Belanda yang hingga saat ini kondisinya masih baik dan dirawat serta dijadikan cagar budaya. 
Dan terakhir aku suka dengan warga kota Bogor yang ramah. Mulai dari penduduk asli sampai pendatang semuanya ramah. Kota ini sangat terbuka untuk pendatang, tidak ada yang dibedakan antara pribumi dan pendatang. Insya Allah aku akan tinggal di Bogor untuk selamanya.
I Love Bogor
Sederhana saja alasan saya mengapa bisa betah tinggal di Bogor. Ingin tahu tulisan ke-19 blogger lainnya? Silahkan pesan melalui twitter @BloggerBogor.
Oya buku ini juga mendapat testimoni dari beberapa endorser, berikut petikannya :
Saya sangat berharap hal yang sama dapat ditangkap oleh para pembaca ketika menikmati lembar demi lembar buku Hitam Putih Bogor. Dengan demikian rasa cinta dan memiliki yang dirasakan oleh para blogger Kota Bogor akan menular kepada para pembaca.
(Diani Budiarto, Walikota Bogor)
Buku ini menegaskan kembali betapa pentingnya antisipasi yang perlu dilakukan Pemda Kota Bogor terhadap isu yang ada. Kalau belum direspons oleh Pemda sebaiknya komunitas Blogor bisa memberikan saran-saran nyata apa saja bagi kelestarian lingkungan Kota Bogor.
(Profesor Syafri Mangkuprawira, Pembina Blogor)
Bogor selalu menyajikan ketenangan yang mungkin susah saya temukan di kota lain. Bogor adalah pilihan jitu untuk menidurkan resah, kabut dan hujan. Selalu ada yang disembunyikan oleh kabut. Seperti hujan yang juga rajin menyembunyikan kenangan. Ya, selalu ada harapan. Mengurai benang, sebasah atau sekusut apapun, pasti ada jalan. Rasanya saya ingin kembali pada petuah karuhun ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala salangkah. Agar bisa maju setapak, kita harus punya pengalaman selangkah. Mari menikmati Hitam Putih Bogor.
(Khrisna Pabhicara, Novelis Trilogi Sepatu Dahlan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar